Kamis, 19 Desember 2013

Cerpen



Serupa Tapi Tak Sama
       Syafa, ini lah nama anak dari seorang pengusaha kaya dan memiliki banyak perusahaan ternama di Surabaya. Ia sekarang telah tumbuh dewasa sebagai gadis yang cantik. Namun dia memiliki sifat yang kurang baik yaitu pemalas, sombong dan egois. Dia juga sangat manja kepada kedua orang tua nya, apalagi ia adalah seorang anak tunggal. Sejak kecil apa pun yang ia inginkan pasti di berikan oleh kedua orang tua nya. Sekarang ia adalah seorang pelajar kelas 1 SMA di SMA Nusantara Surabaya.
            Hari ini adalah hari yang indah untuk memulai hari pertama menjadi murid SMA. Namun mungkin beberapa pelajar tidak menyukai ini yaitu MOS. Masa-masa dimana kita dikenal kan dengan lingkungan sekolah.
“Hey kamu !! jam berapa ini ?? kamu gak tau apa ini hari pertama mu di sekolah ini, seenak nya aja bikin aturan sendiri” Salah seorang Osis marah kepada Syafa.
“Emb, jam 8 kak. Ya gak apa apa telat, yang penting dateng kan” Jawab Syafa.
“Oh gitu ?? Kamu tau jika ada salah seorang peserta MOS terlambat dia akan di hukum” tantang kakak Osis.
“Siapa takut, paling paling di suruh push up, lari keliling lapangan. Kecil itu mah bagiku” Balas Syafa.
“Itu kan hukuman di jaman dulu, ini udah 2013 gitu, ya beda lagi tau gak !!” Jawab Kakak Osis.
“So, aku mau di hokum apa nih ?” Jawab Syafa dengan melipat kedua tangannya di perut.
“Wah wah, berani sekali kamu murid baru, baiklah kalo begitu, kamu harus ngikutin apa pun yang aku perintah kan” Kata kakak OSIS.
“loh, kenapa aku jadi pembantu mu ?? enak aja” Protes Syafa.
“Kan lo yang nantang, jadi suka suka gue dong. Tugas pertama mu, kamu harus berjalan seperti seorang Paskibraka bolak balik dari ujung lapangan ke ujung lapangan yang satunya. Dan itu selama, emb 5 menit cukup.” Jelas Kakak OSIS.
            Tanpa protes Syafa pun mengikuti perintah senior nya itu. 5 menit kemudian…
“Tugas lo yang kedua, cari nama temen temen baru lo yang nama nya sama kayak sama lo, kalo enggak, kamu akan mendapatkan hukuman yang lebih kejam dari ini, ngerti ?? Kata kakak OSIS.
            Tugas Syafa yang kedua cukup sulit. Dia harus menemukan gadis yang namanya sama dengan nya. Dengan bermalas malasan, Syafa satu persatu menanyai nama cewek yang ada di sekolah. Setelah sekian lama Syafa mencari nama cewek yang sama dengan nya akhirnya dia menemukan nama yang sama dengannya, meski bukan nama panggilannya. Gadis itu bernama Melody Asyafa. Nama panggilannya adalah Melody. Dia juga tidak kalah cantik nya dengan Syafa. Namun sepertinya Melody memiliki sifat yang sangat sangat berbeda dengan Syafa.
“Eh nama lo siapa ??” Tanya Syafa.
“Melody” Jawab Melody.
“Nama lengkap lo ??” Tanya Syafa lagi.
“Melody Asyafa” Jawab Melody.
“Asyafa ?? ya udah lo ikut gue sekarang” Paksa Syafa dengan menarik tangan Melody.
 “Eh eh, ikut kemana ??” Melody mulai takut.
“Udah gak usah banyak nanya, ntar juga tau sendiri, Ayoo !!” Kata Syafa.
            Akhirnya Syafa kembali ke kakak OSIS dengan mengajak Melody bersamanya.
“Nih, ada anak yang namanya sama sama aku.” Kata Syafa.
“Nama lo siapa ??” Tanya kakak OSIS kepada Melody.
“Melody A Asyafa kak” Jawab Melody sedikit takut.
“Wah beruntung sekali kamu dapat menemukan perempuan yang namanya sama dengan mu, baik lah, kamu sudah cukup membuang waktu berharga ku hanya untuk menghukum mu. Sekarang kalian kembali ke lapangan.” Kata kakak OSIS dan berlalu meninggalkan kedua perempuan cantik ini.
            Syafa dan Melody pun kembali ke lapangan. Dan mulai sejak itu Syafa berteman dengan Melody. Entah kenapa Syafa merasa cocok berteman dengan Melody. Selain baik dan pendiam, Melody ternyata anak yang pintar dan rajin. Meskipun begitu, sifat Syafa yang pemalas, sombong dan egois itu masih bersemayam di tubuh Syafa. Hanya saja Syafa sudah sedikit berubah karena Melody. Syafa kini sudah mau berteman tanpa memilih milih status keluarga orang. Karena Melody pun bukan anak orang kaya seperti Syafa. Melody adalah seorang anak yatim, Ayah nya meninggal karena sakit yang di deritanya. Dan kini Melody hanya tinggal bersama Ibu dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD dan SMP. Jadi Melody adalah anak paling bungsu di keluarganya. Ibunya bekerja sebagai penjahit di rumah nya sendiri. Hasil jahitan Ibu Melody cukup bagus dan selalu membuat pelanggan nya puas dengan hasil jahitannya. Terkadang Melody ikut membantu ibunya menjahit. Melody dari SMP sudah di ajarkan menjahit oleh ibunya, dan kebetulan di sekolah SMP nya dulu juga ada pelajaran Tata Busana, jadi Melody sudah tidak asing lagi dengan jarum dan benang.
            Syafa dan Melody memiliki beberapa kesamaan, yang pertama kesamaan nama, yang kedua Ibu mereka sama sama bekerja di bidang busana. Dan ternyata mereka juga memiliki cita-cita yang sama yaitu menjadi seorang desainer yang profesional. Melody sekit demi sedikit mulai mencoba menggambar baju hasil pikirannya sendiri. Sedangkan Syafa tidak pernah berusaha atau pun berlatih untuk menjadi desainer yang ia cita-citakan. Ia hanya mengandalkan apa yang sudah dimiliki Ibunya yang rencananya akan di wariskan kepada Syafa. Oleh sebab itu Syafa tidak terlalu mengkhawatirkan persoalan masa depan nya, Karena dia hanya berfikiran di masa depan dia akan hidup seperti sekarang ini tanpa ia ketahui setiap kehidupan pasti terdapat halangan dan cobaan dari Tuhan.
            Cantik sih, tapi sayang sifat nya itu yang tidak secantik wajahnya. Di ulangan harian yang kesekian kalinya, nilai nilai Syafa sangat jauh dari kata baik. Tidak pernah ada peningkatan nilai dari Syafa apalagi setelah ia bertemu dengan seorang pria tampan yang berbeda sekolah dengannya. Ia bertemu dengan pria itu saat dia sedang menjemput adik nya yang bersekolah d SMA Nusantara. Syafa jatuh hati pada pandangan pertama. Tanpa malu-malu Syafa memberanikan diri untuk berkenalan dengan pria yang ia kagumi itu.
“Hai, nama kamu siapa ??” Syafa mengawali pembicaraan.
“Oh hai juga, nama ku chiko. Nama mu siapa ??” Tanya Chiko.
“Nama ku Syafa, terimakasih mau berkenalan dengan ku Chiko” Kata Syafa sambil berjabat tangan dengan Chiko.
“Iya sama-sama, siapa juga yang nolak kenalan sama cewek cantik kayak kamu. Eh udah dulu ya adik ku udah nongol tuh, kita sambung lagi pembicaraan nya klo ada waktu lagi ya. Daah” Chiko berlalu meninggalkan Syafa.
            Sedangkan Syafa masih berdiri dengan kagum nya kepada Chiko. Dia merasa sangat berbunga-bunga sekali hari itu. Setelah 3 bulan kenal dan mereka pun semakin dekat. Dan Chiko pun menyatakan perasaan nya kepada Syafa, tanpa pikir panjang Syafa pun menerima cinta Chiko. Kini Syafa benar-benar di mabuk asmara dan melupakan semua tugas-tugas nya sebagai pelajar. Suatau saat ulangan akhir semester dua pun tiba. Syafa mulai kebingungan dengan pelajaran pelajaran nya. Dia meminta bantuan Melody untuk mengajarinya. Apalagi di semester dua ini penentuan untuk masuk di kelas IPA atau IPS. Berkat jerih payah Melody mengajari Syafa, akhirnya membuah kan hasil, mereka berdua berhasil masuk di kelas IPA. Namun sifat Syafa yang pemalas itu masih tetap ada sampai dia lulus sekolah. Dia lebih mementingkan pria daripada masa depan nya. Dan sampai sekarang Syafa masih tetap berhubungan dengan Chiko kekasih nya dari SMA. Kini Syafa dan Melody tidak lagi menjadi siswi SMA, kini mereka telah menjadi seorang mahasiswa di Universitas terbaik di Surabaya. Namun, Syafa bisa diterima di universitas itu karena bantuan ayahnya, bukan dari hasil kerja kerasnya. Sedangkan Melody dapat merasakan menjadi seorang mahasiswa berkat kerja kerasnya sendiri, dia mendapatkan beasiswa dari sekolah.
            Di suatu malam, Syafa dan Melody sedang berbelanja di sebuah took baju. Tak disangka dan tak di duga, Syafa melihat Chiko tengah jalan bersama seorang perempuan berambut panjang, tinggi dan cantik. Tak segan-segan Syafa pun menghampiri Chiko dan gadis itu.
“Oh gini ya sekarang, brani jalan sama cewek lain” Syafa marah kepada Chiko.
“Dan lo, ganjen banget ganggu cowok orang” Hina Syafa kepada gadis bersama Chiko.
“Apa lo bilang cowok orang ?? Chiko ini cowok gue kali. Lo tuh yang ngaku-ngaku jadi cowok nya Chiko” Bantah gadis itu.
            Mulai saat itu Syafa tidak lagi berhubungan dengan Chiko. Dan dia tersadar, ternyata Chiko bukanlah pria yang tepat buat nya. Dia merasa sangat sangat kecewa. Beberapa tahun kemudian usaha milik kedua orang tua nya gulung tikar, dan Syafa sangat terkejut akan apa yang tengah terjadi kepada keluarganya. Berbeda lagi dengan Melody, Ibu nya kini telah memiliki banyak pegawai dan memiliki sebuah butik yang sangat di segani oleh masyarakat Surabaya. Kini keadaan berbalik 180 derajat. Dulu Syafa yang diatas, Syafa yang memiliki segalanya, sekarang berganti Melody yang menempati posisi itu. Namun Melody tak sesombong Syafa, dia tahu keberhasilan ini di dapat berkat jerih payah Ibu nya selama ini. Dan kelulusan kuliah Syafa dan Melody pun tiba. Syafa lulus dengan nilai baik dan Melody lulus dengan nilai yang terbaik. Melody sudah memiliki rencana kedepannya nanti, untuk sementara dia mendesain beberapa gambar dan rancangan baju hasil buatannya sendiri. Dan akan di pajang di butik milik Ibunya. Melody tahu bahwa Syafa yang di anggap nya sahabat itu tengah mengalami kesulitan. Syafa kini hidup sederhana dan bekerja menjadi kasir di sebuat minimarket. Melody berniat membantu temannya itu untuk meraih cita-cita nya. Namun dengan keras di tolak nya niat baik Melody, sudah berkali-kali Melody menawarkan pekerjaan yang lebih baik, justru Syafa berkali-kali pula menolaknya.
            Hingga suatu hari Syafa tersadar bahwa sikap nya terhadap Melody itu salah. Syafa berniat menemui Melody dan meminta maaf atas sikapnya selama ini. Ia juga tersadar bahwa cita-cita tidak akan diraih tanpa ada usaha, kerja keras dan doa. Melody yang sudah menjadi seorang desainer professional pantas mendapatkan semua itu, karena kita tahu sudah lama ia mendambakan pekerjaan itu, dan cita-cita yang ia impikan. Namun, mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Kehidupan sudah berubah. Syafa menyesal telah menjadi seorang yang pemalas dan hanya mengandalkan kedua orang tua nya. Dan sekarang apa yang terjadi, Syafa hanya bekerja sebagai penjaga butik milik Melody. Mereka berdua memiliki cita-cita yang sama, mimpi yang sama namun mereka berbeda jalan.
Jadi jangan sekali-kali kalian bangga dengan kekayaan orang tua, keberhasilan orang tua, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Oleh karena itu kita juga harus berusaha sendiri, karena keberhasilan seseorang yang menentukan kita sendiri dan juga Tuhan. Dan jangan pernah malas demi cita-cita kalian. Sekali lagi “DEMI CITA-CITA KALIAN”.

-SELESAI-

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aliya Indriyana Tri Wahyuni Template by Ipietoon Cute Blog Design