Serupa
Tapi Tak Sama
Syafa,
ini lah nama anak dari seorang pengusaha kaya dan memiliki banyak perusahaan
ternama di Surabaya. Ia sekarang telah tumbuh dewasa sebagai gadis yang cantik.
Namun dia memiliki sifat yang kurang baik yaitu pemalas, sombong dan egois. Dia
juga sangat manja kepada kedua orang tua nya, apalagi ia adalah seorang anak
tunggal. Sejak kecil apa pun yang ia inginkan pasti di berikan oleh kedua orang
tua nya. Sekarang ia adalah seorang pelajar kelas 1 SMA di SMA Nusantara
Surabaya.
Hari
ini adalah hari yang indah untuk memulai hari pertama menjadi murid SMA. Namun
mungkin beberapa pelajar tidak menyukai ini yaitu MOS. Masa-masa dimana kita
dikenal kan dengan lingkungan sekolah.
“Hey kamu !! jam berapa ini ?? kamu gak tau apa ini
hari pertama mu di sekolah ini, seenak nya aja bikin aturan sendiri” Salah
seorang Osis marah kepada Syafa.
“Emb, jam 8 kak. Ya gak apa apa telat, yang penting
dateng kan” Jawab Syafa.
“Oh gitu ?? Kamu tau jika ada salah seorang peserta
MOS terlambat dia akan di hukum” tantang kakak Osis.
“Siapa takut, paling paling di suruh push up, lari
keliling lapangan. Kecil itu mah bagiku” Balas Syafa.
“Itu kan hukuman di jaman dulu, ini udah 2013 gitu,
ya beda lagi tau gak !!” Jawab Kakak Osis.
“So, aku mau di hokum apa nih ?” Jawab Syafa dengan
melipat kedua tangannya di perut.
“Wah wah, berani sekali kamu murid baru, baiklah
kalo begitu, kamu harus ngikutin apa pun yang aku perintah kan” Kata kakak
OSIS.
“loh, kenapa aku jadi pembantu mu ?? enak aja”
Protes Syafa.
“Kan lo yang nantang, jadi suka suka gue dong. Tugas
pertama mu, kamu harus berjalan seperti seorang Paskibraka bolak balik dari
ujung lapangan ke ujung lapangan yang satunya. Dan itu selama, emb 5 menit
cukup.” Jelas Kakak OSIS.
Tanpa
protes Syafa pun mengikuti perintah senior nya itu. 5 menit kemudian…
“Tugas lo yang kedua, cari nama temen temen baru lo
yang nama nya sama kayak sama lo, kalo enggak, kamu akan mendapatkan hukuman
yang lebih kejam dari ini, ngerti ?? Kata kakak OSIS.
Tugas
Syafa yang kedua cukup sulit. Dia harus menemukan gadis yang namanya sama
dengan nya. Dengan bermalas malasan, Syafa satu persatu menanyai nama cewek
yang ada di sekolah. Setelah sekian lama Syafa mencari nama cewek yang sama
dengan nya akhirnya dia menemukan nama yang sama dengannya, meski bukan nama
panggilannya. Gadis itu bernama Melody Asyafa. Nama panggilannya adalah Melody.
Dia juga tidak kalah cantik nya dengan Syafa. Namun sepertinya Melody memiliki
sifat yang sangat sangat berbeda dengan Syafa.
“Eh nama lo siapa ??” Tanya Syafa.
“Melody” Jawab Melody.
“Nama lengkap lo ??” Tanya Syafa lagi.
“Melody Asyafa” Jawab Melody.
“Asyafa ?? ya udah lo ikut gue sekarang” Paksa Syafa
dengan menarik tangan Melody.
“Eh eh, ikut
kemana ??” Melody mulai takut.
“Udah gak usah banyak nanya, ntar juga tau sendiri,
Ayoo !!” Kata Syafa.
Akhirnya
Syafa kembali ke kakak OSIS dengan mengajak Melody bersamanya.
“Nih, ada anak yang namanya sama sama aku.” Kata
Syafa.
“Nama lo siapa ??” Tanya kakak OSIS kepada Melody.
“Melody A Asyafa kak” Jawab Melody sedikit takut.
“Wah beruntung sekali kamu dapat menemukan perempuan
yang namanya sama dengan mu, baik lah, kamu sudah cukup membuang waktu berharga
ku hanya untuk menghukum mu. Sekarang kalian kembali ke lapangan.” Kata kakak
OSIS dan berlalu meninggalkan kedua perempuan cantik ini.
Syafa
dan Melody pun kembali ke lapangan. Dan mulai sejak itu Syafa berteman dengan
Melody. Entah kenapa Syafa merasa cocok berteman dengan Melody. Selain baik dan
pendiam, Melody ternyata anak yang pintar dan rajin. Meskipun begitu, sifat
Syafa yang pemalas, sombong dan egois itu masih bersemayam di tubuh Syafa.
Hanya saja Syafa sudah sedikit berubah karena Melody. Syafa kini sudah mau
berteman tanpa memilih milih status keluarga orang. Karena Melody pun bukan
anak orang kaya seperti Syafa. Melody adalah seorang anak yatim, Ayah nya
meninggal karena sakit yang di deritanya. Dan kini Melody hanya tinggal bersama
Ibu dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD dan SMP. Jadi Melody adalah
anak paling bungsu di keluarganya. Ibunya bekerja sebagai penjahit di rumah nya
sendiri. Hasil jahitan Ibu Melody cukup bagus dan selalu membuat pelanggan nya
puas dengan hasil jahitannya. Terkadang Melody ikut membantu ibunya menjahit.
Melody dari SMP sudah di ajarkan menjahit oleh ibunya, dan kebetulan di sekolah
SMP nya dulu juga ada pelajaran Tata Busana, jadi Melody sudah tidak asing lagi
dengan jarum dan benang.
Syafa dan Melody memiliki beberapa kesamaan, yang pertama
kesamaan nama, yang kedua Ibu mereka sama sama bekerja di bidang busana. Dan
ternyata mereka juga memiliki cita-cita yang sama yaitu menjadi seorang
desainer yang profesional. Melody sekit demi sedikit mulai mencoba menggambar
baju hasil pikirannya sendiri. Sedangkan Syafa tidak pernah berusaha atau pun
berlatih untuk menjadi desainer yang ia cita-citakan. Ia hanya mengandalkan apa
yang sudah dimiliki Ibunya yang rencananya akan di wariskan kepada Syafa. Oleh
sebab itu Syafa tidak terlalu mengkhawatirkan persoalan masa depan nya, Karena
dia hanya berfikiran di masa depan dia akan hidup seperti sekarang ini tanpa ia
ketahui setiap kehidupan pasti terdapat halangan dan cobaan dari Tuhan.
Cantik sih, tapi sayang sifat nya itu yang tidak secantik
wajahnya. Di ulangan harian yang kesekian kalinya, nilai nilai Syafa sangat
jauh dari kata baik. Tidak pernah ada peningkatan nilai dari Syafa apalagi
setelah ia bertemu dengan seorang pria tampan yang berbeda sekolah dengannya.
Ia bertemu dengan pria itu saat dia sedang menjemput adik nya yang bersekolah d
SMA Nusantara. Syafa jatuh hati pada pandangan pertama. Tanpa malu-malu Syafa
memberanikan diri untuk berkenalan dengan pria yang ia kagumi itu.
“Hai, nama kamu siapa
??” Syafa mengawali pembicaraan.
“Oh hai juga, nama ku
chiko. Nama mu siapa ??” Tanya Chiko.
“Nama ku Syafa,
terimakasih mau berkenalan dengan ku Chiko” Kata Syafa sambil berjabat tangan
dengan Chiko.
“Iya sama-sama, siapa
juga yang nolak kenalan sama cewek cantik kayak kamu. Eh udah dulu ya adik ku
udah nongol tuh, kita sambung lagi pembicaraan nya klo ada waktu lagi ya. Daah”
Chiko berlalu meninggalkan Syafa.
Sedangkan Syafa masih berdiri dengan kagum nya kepada
Chiko. Dia merasa sangat berbunga-bunga sekali hari itu. Setelah 3 bulan kenal
dan mereka pun semakin dekat. Dan Chiko pun menyatakan perasaan nya kepada
Syafa, tanpa pikir panjang Syafa pun menerima cinta Chiko. Kini Syafa
benar-benar di mabuk asmara dan melupakan semua tugas-tugas nya sebagai
pelajar. Suatau saat ulangan akhir semester dua pun tiba. Syafa mulai
kebingungan dengan pelajaran pelajaran nya. Dia meminta bantuan Melody untuk
mengajarinya. Apalagi di semester dua ini penentuan untuk masuk di kelas IPA
atau IPS. Berkat jerih payah Melody mengajari Syafa, akhirnya membuah kan
hasil, mereka berdua berhasil masuk di kelas IPA. Namun sifat Syafa yang
pemalas itu masih tetap ada sampai dia lulus sekolah. Dia lebih mementingkan
pria daripada masa depan nya. Dan sampai sekarang Syafa masih tetap berhubungan
dengan Chiko kekasih nya dari SMA. Kini Syafa dan Melody tidak lagi menjadi
siswi SMA, kini mereka telah menjadi seorang mahasiswa di Universitas terbaik
di Surabaya. Namun, Syafa bisa diterima di universitas itu karena bantuan
ayahnya, bukan dari hasil kerja kerasnya. Sedangkan Melody dapat merasakan menjadi
seorang mahasiswa berkat kerja kerasnya sendiri, dia mendapatkan beasiswa dari
sekolah.
Di suatu malam, Syafa dan Melody sedang berbelanja di
sebuah took baju. Tak disangka dan tak di duga, Syafa melihat Chiko tengah
jalan bersama seorang perempuan berambut panjang, tinggi dan cantik. Tak
segan-segan Syafa pun menghampiri Chiko dan gadis itu.
“Oh gini ya sekarang,
brani jalan sama cewek lain” Syafa marah kepada Chiko.
“Dan lo, ganjen banget
ganggu cowok orang” Hina Syafa kepada gadis bersama Chiko.
“Apa lo bilang cowok
orang ?? Chiko ini cowok gue kali. Lo tuh yang ngaku-ngaku jadi cowok nya
Chiko” Bantah gadis itu.
Mulai saat itu Syafa tidak lagi berhubungan dengan Chiko.
Dan dia tersadar, ternyata Chiko bukanlah pria yang tepat buat nya. Dia merasa
sangat sangat kecewa. Beberapa tahun kemudian usaha milik kedua orang tua nya
gulung tikar, dan Syafa sangat terkejut akan apa yang tengah terjadi kepada
keluarganya. Berbeda lagi dengan Melody, Ibu nya kini telah memiliki banyak
pegawai dan memiliki sebuah butik yang sangat di segani oleh masyarakat
Surabaya. Kini keadaan berbalik 180 derajat. Dulu Syafa yang diatas, Syafa yang
memiliki segalanya, sekarang berganti Melody yang menempati posisi itu. Namun
Melody tak sesombong Syafa, dia tahu keberhasilan ini di dapat berkat jerih
payah Ibu nya selama ini. Dan kelulusan kuliah Syafa dan Melody pun tiba. Syafa
lulus dengan nilai baik dan Melody lulus dengan nilai yang terbaik. Melody
sudah memiliki rencana kedepannya nanti, untuk sementara dia mendesain beberapa
gambar dan rancangan baju hasil buatannya sendiri. Dan akan di pajang di butik
milik Ibunya. Melody tahu bahwa Syafa yang di anggap nya sahabat itu tengah
mengalami kesulitan. Syafa kini hidup sederhana dan bekerja menjadi kasir di
sebuat minimarket. Melody berniat membantu temannya itu untuk meraih cita-cita
nya. Namun dengan keras di tolak nya niat baik Melody, sudah berkali-kali
Melody menawarkan pekerjaan yang lebih baik, justru Syafa berkali-kali pula
menolaknya.
Hingga suatu hari Syafa tersadar bahwa sikap nya terhadap
Melody itu salah. Syafa berniat menemui Melody dan meminta maaf atas sikapnya
selama ini. Ia juga tersadar bahwa cita-cita tidak akan diraih tanpa ada usaha,
kerja keras dan doa. Melody yang sudah menjadi seorang desainer professional
pantas mendapatkan semua itu, karena kita tahu sudah lama ia mendambakan
pekerjaan itu, dan cita-cita yang ia impikan. Namun, mau bagaimana lagi nasi
sudah menjadi bubur. Kehidupan sudah berubah. Syafa menyesal telah menjadi
seorang yang pemalas dan hanya mengandalkan kedua orang tua nya. Dan sekarang
apa yang terjadi, Syafa hanya bekerja sebagai penjaga butik milik Melody.
Mereka berdua memiliki cita-cita yang sama, mimpi yang sama namun mereka
berbeda jalan.
Jadi
jangan sekali-kali kalian bangga dengan kekayaan orang tua, keberhasilan orang
tua, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Oleh karena
itu kita juga harus berusaha sendiri, karena keberhasilan seseorang yang
menentukan kita sendiri dan juga Tuhan. Dan jangan pernah malas demi cita-cita
kalian. Sekali lagi “DEMI CITA-CITA KALIAN”.
-SELESAI-
0 komentar:
Posting Komentar